Rabu, 23 Desember 2015

Sanghyang Heuleut, Surga Tersembunyi di Bandung Barat

Sekitar pertengahan bulan November lalu saya kembali mengunjungi tempat ini. Yap ! Sebuah lagoon yang sedang menjadi tren lantaran social media yang sedang “in”, apalagi kalo bukan Instagram. Ini merupakan kunjungan saya yang kedua kalinya kesini, untuk mengantar saudara saya yang ingin mengunjungi tempat ini. Jujur saja pertama kali saya kesini saya sangat kecewa karena waktu itu bertepatan dengan hari libur nasional , dan eskpekstasi saya yang sangat tinggi tidak sesuai dengan realita yang ada. Keadaan saat itu sangat ramai sekali, perhitungan saya mungkin lebih dari 300 orang pengunjung, tentu saja hal itu menyebabkan airnya yang seharusnya jernih berubah menjadi coklat bak pemandian umum. Berdasarkan pengalaman buruk tersebutlah saya memilih weekdays untuk kunjungan ini, dan mengorbankan absen kuliah saya heheheh ( jangan ditiru) Sanghyang Heuluet terletak di Rajamandala Kulon , Cipatat , Bandung Barat, Jawa Barat. Kami berangkat dari Bandung menggunakan mobil pribadi agar menghemat waktu dan biaya. Untuk menuju tempat ini dari Bandung menuju arah Padalarang (Bisa lewat Tol). Patokannya disebelah kanan ada gapura pintu masuk Waduk Saguling dan ada pasar di daerah situ. Dari gapura itu sekitar 20 menit kita akan tiba di Portal masuk, bila ditanya bilang saja mau ke Power House (pintu masuknya). Saat tiba di Portal kami mengalami kendala yaitu SANGHYANG HEULEUT SEDANG DITUTUP. Alasan penutupan tersebut sebagai dampak dari melonjaknya pengunjung yang tidak terkendali pada saat kunjungan saya yang pertama. Petugas mengatakan ada masalah pengurusan izin antara Pihak Power House serta pemerintah yang belum menjadikan tempat ini tempat wisata, berhubungan pula dengan safety prosedur bagi sobat traveller . Tentu saja kami sangat kecewa, kami telah menjelaskan kepada mereka bahwa kami telah jauh – jauh datang kesini namun tidak diperkenankan masuk, namun mereka bersikeras tidak mengizinkan kami masuk dan menyarankan agar kami mengunjungi saja tempat – tempat wisata alam yang lain yang ada disitu (Sanghyang Tikoro, Bumi Perkemahan, dan Waduk Saguling). Kepalang tanggung sudah jauh – jauh, kami memutuskan untuk terus masuk kedalam (bilangnya mau lihat – lihat dulu). Sampailah kami di Power House Indonesia, dan memarkirkan mobil di sebuah lapang yang telah disediakan oleh warga (warga mengatakan boleh masuk). Ketika kami melewati tempat proyek yang ada di Power House Indonesia, lagi – lagi kami dihadang oleh petugas dengan alasan yang sama. Terjadi perselisihan antara petugas penjaga , warga , serta ada salah seorang anggota polisi. Akhirnya kami mengalah dan mengikuti peraturan. Namun warga lokal disitu tidak tega melihat kami yang sudah jauh – jauh ingin kesini dan sangat bersemangat (sampai – sampai balon untuk renang yang berbentuk donat yang sangat besar sekali sudah kami bawa – bawa hehehehe) maka mereka pun sepakat untuk mengantarkan kami. Jalur yang kami lewati melalui perkebunan warga dan lewat hutan , jalan ini menurut saya lebih mudah dibandingkan harus melewati Sanghyang Poek, karena dapat memangkas waktu cukup cepat . Setelah jalan hutan itu buntu , kami menyusuri sungai dengan melawan arus. Sungainya masih sangat jernih sekali, dengan bongkahan – bongkahan batu besarnya. Saya sarankan sobat traveller untuk menggunakan sepatu gunung , atau sendal gunung untuk memudahkan pergerakan, jangan pake sepatu flatshoes , wedges , apalagi highheel sangat tidak disarankan hahaha (becanda, serius amat bacanya). Matahari saat itu sedang terik – teriknya sehingga sangat menguras tenaga serta kesabaran kami. Namun saya salah satu orang yang percaya untuk mencapai tempat yang indah memang butuh perjuangan!. Di perjalanan kami sempat beberapa kali berfoto , karena sebelum sanghyang heuleut pun pemandangannya sudah sangat bagus. Seperti berada di Film Journey to The Center Of The Earth heheheh. Ohiya waktu itu pun saya berpapasan dengan orang yang sedang berburu burung menggunakan senapan, ketika pulangnya saya baru tahu kalo burungnya langsung dibakar di tempat (terlihat dari tengkoraknya) Jujur saja saya sangat sedih melihatnya, apalagi dari sisa – sisa bulunya yang terlihat Indah. Setelah melewati perjalanan yang sangat panjang dan penuh drama, tibalah kami di Sanghyang Heuluet. Rombongan kami yang tiba pertama di tempat itu. Masya Allah, saya sangat takjub sekali, ada surga dihadapan saya. Lagoon ini dikelilingi oleh batu yang besar sehingga membentuk sebuah danau dan mangkuk, sumber air bersasal dari air terjun kecil yang ada diatasnya, yang kononn katanya merupakan Sungai Citarum Purba. Airnya sangat tenang, berwarna hijau, sampai batu – batu pun terlihat dan kicauan burung saat itu menjadi nyanyian alam yang syahdu. Beberapa menit saya hanya diam dan memandang pemandangan di sekeliling. Ah sungguh, untaian kata pun tidak cukup untuk menggambarkan keindahannya. Kalo sudah panas – panasan, keringetan, apalagi enaknya selain berenang , iya kan? Saya kalap berenang disana hahahaha, tidak ingin beranjak. Bagi sobat traveller yang senang untuk menguji adrenalinnya dapat mencoba untuk melompat dari batu . Worth to try banget deh ! Tidak lama setelah itu datang rombongan lainnya, mereka mencoba untuk memasang slack line disana . Wah wah wah pastinya sangat seru sekali. Sayang seribu sayang , karena hari sudah sore, kami pun harus pulang kembali ke Bandung. Beberapa tips yang dapat saya berikan untuk sobat traveller : 1. Usahakan untuk berangkat pagi – pagi sekali, karena perjalanan dari Powerhouse menuju Sanghyang heuleut bisa memakan waktu 2- 3 jam 2. Siapkan fisik sebelum berkunjung karena medan cukup berat 3. Siapkan makanan , serta sepatu trekking atau sendal gunung 4. Ada baiknya mencari info terlebih dahulu sebelum berkunjung, apakah tempatnya sedang dibuka atau tidak 5. Jangan pernah tinggalkan sampah yang sobat traveller bawa

Jumat, 14 Agustus 2015

Jalan - jalan ke Curug Bugbrug, Wisata alam yang masih asri

Berawal dari wacana mau main sama Semi sama Theola yang katanya pada pengen diajak main yang berbau alam hahaha (lagi - lagi nularin virus). Banyak banget tempat yang udah kita list, dari mulai gunung, danau, curug, pokoknya banyak maunya tapi ga pernah jadi hahaha. Sebenernya rencana main ke curug ini sempet batal gara-gara kita kurang personel (gondok bgt padahal malemnya udh nyiapin baju hahahaha). Minggu, 2 Agustus 2015 aku sama Theola pun berangkat gara-gara gamau gagal lagi, tanpa semi karena dia ada acara apa gitu aku lupa. Kita naik motor dari Tegalega ke Curugnya, berbekal aplikasi waze sama google map, kita soso tau jalan ajadeh hahaha. Akses jalan ke Curug ini engga terlalu susah, jadi ada 3 pintu masuk gitu yang pertama dari Jalur Komando (deket dusun bambu), dari Villa Istana Bunga, sama satu lagi dari arah Curug Cimahi. Setelah satu jam berkendara sampailah kita di Villa Istana Bunga, karena kita gatau akhirnya nanya sama orang setempat. Ada bapak- bapak yang mau ke daerah situ jadi sekalian dia nganterin kita. Masuklah kita ke Villa muter - muter, sampe akhirnya si bapa ini berhenti. Beliau nunjukin jalan setapak gitu, dia bilang ini hulu sungainya jadi si curugnya itu ada di bawah kita, nah kalo mau ke curug ngelewatin jalan setapak gitu, sama perkebunan warga, tapi karena disitu ga ada tempat buat nyimpen motor akhirnya kita mau cari jalan masuk yang lain. Fyi aja, kalo mau lewat sini sebaiknya titipin motor di rumah warga, berhubung kita datengnya pagi bangeeeet jadi belum ada yang parkir disitu. Di pintu pos Villa Istana Bunga ini, kita nanyain lagi kalo ke curug bugbrug bisa lewat jalur Komando engga , terus kata bapak - bapak yang jaga "engga bisa neng, udah ada yang beli jadi ditutup" . Sempet ngerasa kecewa sih, tapi kita engga percaya gitu aja masa udah jauh-jauh gajadi sih hahaha. Sebenernya banyak juga tempat wisata daerah situ yang lebih terkenal kaya Curug Cimahi, sama Curug Pelangi, tapi karena kita keukeuh kita gamau gitu aja nyerah!. Sekitar 10 menit sampailah kita di Jalur Komando, ada gapura gitu tulisannya KOMANDO, kalo orang - orang yang pada mau naik ke Gunung Burangrang pasti pada tau. Sekitar 10 menit dengan jalan yang nanjak kita sampai di depan masjid (patokannya itu ada masjid sebelah kanan), deket sama tempat wisata Dusun Bambu. Kita jajan dulu di warung depan masjid, sambil nanyain jalan ke Curug Bugbrug. Motor kita parkir di depan masjid. Untuk sampai ke Curug kita harus trekking dulu sekitar 30 menit (tergantung kecepatan jalannya, kalo kita sih selo selo aja). Di awal jalur trekking kita ngelewatin Pipa air yang gede warna biru, terus perumahan warga, sama kebun - kebun. Kita sempet nyasar karena salah belokan dan itu lumayan jauh hahaa, gapapa sih nyasar itu kan bagian dari petualangan :p Satu lagi hal yang pasti gabakalan lupa, pas kita udah ngeliat curugnya saking semangatnya kita motong jalan gitu dan jalannya tuh curam (ini beneran bego, jangan sampe diikutin), kita sampe harus perosot-perosotan di kebun warga dulu (tapi ga ngerusak ya haha), akhirnya kita sampe juga dengan celana yang udah kotor - kotor. Wah meeeeeen curugnya indah banget, masih sepi, asri, dan bersih!. Tempat wisata yang masih tergolong sepi tuh ada untungnya, yaitu ga terlalu banyak sampah. Di sekitar curug dibangun kaya saung - saung gitu, terus ada warung juga dan harganya tergolong bersahabat. Harga Tiket Masuk itu sebesar Rp.5000. Sayangnya, di Curug ini dilarang berenang, karena ada pusaran air yang narik kebawah gitu makanya di kasih batas. Setelah puas foto - foto kita pun makan mie di saung sambil ngeliatin curugnya. Suasananya adem tentram damai banget daaah. Pas kita lagi duduk - duduk ada serombongan orang yang datang gitu terus mereka liliwetan, ih jadi kabita kan hahahah. Pokonya menurut gue, Curug yang satu ini recommended banget, aksesnya mudah, tiketnya murah, curugnya keren, top banget lah! Pelajaran yang bisa diambil dari petualangan kali ini : Jangan pernah motong jalur yang sebenernya udah dibikin, karena kita gatau jalur yang bukan jalur utama itu bahaya apa engga. Foto - foto:

Kamis, 07 Mei 2015

Banda Neira : Konser Kita Sama - Sama Suka Hujan

Sebenernya konser ini udah lama banget, tapi gue baru punya waktu sekarang buat nulis, gapapa deh ya telat daripada ga sama sekali hehe. Awal mula tau konser ini tuh dikasih tau sama laras, dia liat dari ignya ananda badudu. Laras waktu itu langsung nawarin nonton gitu, berhubung gue lagi ga punya duit gue bilang aja ntar deh ya, tapi dia bilang dibayarin dulu aja gapapa dan langsung dia pesenin tiketnya huahahahaha thanks ras. Waktu sebelum konser rara sekar sering banget update di ignya tentang progress buat konser, waaah dan gue bener-bener ga sabar banget. Its the daaaaaaay! Hari yang gue tunggu - tunggu dateng juga akhirnya. Kita waktu itu nyampe jam 5 sore padahal open gate baru jam 7an. Setelah print tiket onlinenya, kita mutusin buat nunggu di mesjid sekalian sholat. Pas open gate mulai deh keliatan rame sama penonton, di sebelah kanan antrian ada booth tempat merchandise, ngejual cd sama t-shirtnya Banda neira, pengen beli sih tapi gabawa duit hahaha. Awal masuk ke teater kita di sambut sama foto - foto perjalan banda neira. Ada juga tempat buat photo booth. Pas di dalem kita milih duduk lesehan di tengah - tengah. Biar ga bingung, gue mau ceritain dulu kenapa konser kolaborasi ini bisa terbentuk. Mulanya, mereka ini dipertemukan di souncloud dengan benang merah lagu - lagu mereka yang sama - sama bertemakan tentang hujan dan juga dari segi rasa yang bertalian satu sama lain. Sebenernya ini bukan konser kolaborasi pertama mereka, sebelumnya mereka pernah menggelar konser serupa yang bertema “suara awan” di kota Yogyakarta. Konser ini diisi oleh Layur (Febrian Mohammad) sang gitaris, Gardika gigih (pianis), Suta Suma Pangeksih (biola), dan Jeremia Kimoshabe (cellist). Balik lagi ke suasana konser. Lampu mulai gelap. 1, 2 ,3, tirai pun terbuka dan yeayyyyyy mereka akhirnya tampil. Penampilan pertama dibuka oleh permainan instrumental, dengan judul lagu “hujan dan pertemuan” . Melodi, tata cahaya, dekorasi, dan permainan mereka semua jadi suatu harmonisasi yang super duper keren. Ini baru openingnya aja loh. Selanjutnya diisi sama lagunya banda neira “ hujan di mimpi” ini lagu favorit gue banget, dan jujur waktu itu mata gue sedikit berkaca-kaca karena waktu itu gue lagi galau-galaunya, untung aja gelap jadi ga ada yang liat hahaha dasar baper. Lagu yang ketiga itu lagunya Layur, judulnya “suara awan” . Awalnya gue biasa aja dengerin lagu dia, tapi pas dengerin lagu - lagu berikutnya enak didenger juga. Musik yang dia bawain itu alirannya post rock, gue ga begitu ngerti tentang aliran musik sih sebenernya. Jujur aja ya, dari semua penampil (selain banda neira) dia yang paling nyedot perhatian gue , karena emang pada dasarnya gue emang suka cowo yang jago main gitar, keren aja gitu. Lagu - lagu dia yang lainnya ada dawn, ocean whisper, labuh, sama are you awake. Lo harus denger yang ocean whisper, recommended banget deh! Fyi, abis balik dari konser ini gue langsung cari soundcloud dia dan dengerin semua lagunya, emang ena-ena banget deh. Gue juga liat ig dia Fotonya keren - keren meeen banyaknya tentang alam gitu, anaknya #liveauthentic banget deeeh. Cukup cerita tentang si layur ini. Lagu selanjutnya yang dimainin ialah lagunya gardika gigih, duh gimana ya ngejelasinnya, permainan pianonya emang nyentuh perasaan banget sih apalagi ketika dipaduin sama permainan cello dan biola, ditambah suaranya rara sekar yg merdu dan ananda badudu yg dalem bgt. Gue gabisa ngungkapin apa yang gue denger dan rasain saat itu, pokonya susaah deh, kalo kepo denger aja di soundcloudnya banda neira, “i’ll take you home” sama “kereta senja”. Inti dari gue dateng ke konser ini pengen liat banda neira kan? Okedeh sekarang waktunya ceritain tentang mereka. Langit dan laut dibawain dengan syahdu dan sendu “ langit dan laut dan hal -hal yang tak kita bicarakan, biar jadi rahasia menyublim ke udara bilur yang sesakan jiwa” Yang jadi kejutan adalah mereka bawain lagi musikalisasi puisi, tepatnya puisi “derai - derai cemara” karya Chairil Anwar. Kalo gasalah sih, katanya ini puisi terakhirnya Alm.Chairil Anwar. Gue lupa sih sebenernya mereka nyanyi apalagi seinget gue ada 2 lagi hehehe, “berjalan lebih jauh” sama yang terakhir itu “diatas kapal kertas” . Pas lagu terahir itu semua penonton nyanyi bareng , yeeee ini part yang gue tunggu - tunggu hahahaha. Suaranya rara emang merdu banget, suara ananda badudu tuh sederhana tapi dalem banget, dan gatau kenapa suka ajaaa. Malem itu penampilan rara dibalut blouse putih, simple tapi cantik. Part terahir semua solo performance gitu, nah pas bagiannya rara sekar ada yang lucu sih jadi dia ngerekam suaranya ananda badudu terus dia bilang “sekarang aku ga butuh kamu nan” hahaha. Gue pengen banget teriak “we want more” tapi ga gue lakuin hahaha, dan dengan berat hati konser emang harus berakhir. Semua penampil memberikan salam perpisahan dan tiraipun ditutup. Sorak sorai penonton memenuhi teater tertutup dago tea house kala itu. Jujur sih awalnya ekspekstasi gue sama konser ini ya biasa aja, sebatas pengen nonton banda neira , but they gave more than I’ve ever expected. Konser yg dibawakan dengan penuh perasaan, syahdu, sendu, tapi diakhiri dengan keceriaan. Mereka pemuda - pemudi yang penuh talenta, sebagai orang Indonesia gue bangga dengan karya mereka Terimakasih atas konsernya. Terimakasih telah mengerti perasaan ini. Terimakasih para penikmat hujan. Semoga semesta bisa mempertemukan kita lagi, semoga dan semoga. Konser Kita Sama - sama suka hujan Bandung, 11 April 2015 Teater Tertutup Dago tea house music bandaneira layur gardikagigih sutasuma jeremiakimoshabe kitasamasamasukahujan popnelangsa postrock guitar cello biola piano xylophone rarasekar anandabadudu dagoteahouse
 

It's My Life ! Template by Ipietoon Cute Blog Design